Long Distance Relationship
By
: Erma Noviyanti (3201414005)
Kepercayaan
merupakan kunci dari kesetiaan cinta.
Hanya
membutuhkan hal itu, maka hubungan apapun akan berlangsung dengan baik.
Permasalahan
pasti ada.
Karena itu sebagai
pengukur, seberapa besar kekuatan cinta akan bertahan.
*****
Zahra memainkan ponselnya dengan
tidak sabar. Perempuan cantik ini sedari tadi hanya berbaring diatas kasurnya
seraya memainkan benda pintar itu. Sudah dua jam dia melakukan aktivitas itu
sejak usai melaksanakan sholat isya’nya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul
9 malam tetapi Zahra belum ada tanda-tanda untuk bergelut di dalam selimut
hangatnya.
Zahra Damara Rifa. Seorang perempuan
yang masih berada di bangku perkuliahan ini sedang menjalani masa semester enamnya.
Di Universitas Negeri Yogyakarta, Zahra melanjutkan pendidikannya terlepas dari
masa SMA perempuan itu.
“Sudah dua hari Rendy. Tetapi tidak
ada tanda-tanda bahwa kamu akan menghubungi aku.” Ucapnya kesal seraya
melemparkan handphone kesayangannya
itu keatas kasur.
“Aku butuh kamu. Bukan
kalimat-kalimat yang kamu tulis melalui pesan singkat.”
Zahra menyembunyikan wajahnya pada
bantal kesayangannya –yang merupakan pemberian dari Rendy- seraya mengeluarkan
kalimat yang ingin sekali ia ucapkan secara langsung kepada laki-laki yang
selalu berada di pikirannya itu.
Rendy Stevano. Laki-laki ini adalah
kekasih Zahra. Sudah 4 tahun berjalan mereka menjalani masa-masa berpacaran.
Dan hampir 1 tahun mereka melakukan hubungan jarak jauh atau yang biasa dikenal
dengan Long Distance Relationship di
kalangan anak muda jaman sekarang.
Zahra memutuskan untuk mengakhirinya
malam ini. Dia sangat yakin, bahwa Rendy tidak akan menghubunginya kembali
malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Perempuan cantik ini menarik
selimutnya dan menutupi tubuhnya kemudian mencoba untuk memejamkan matanya.
“Berharap
esok lebih baik dari hari ini.”
*****
Zahra tidak bisa berkonsentrasi pada
mata perkuliahanya siang ini. Dia teringat pada kabar burung yang tersebar di
kalangan teman-teman satu angkatanya, membuatnya tidak bisa menerima penjelasan
apapun dari dosen yang sedang mengajar di kelas Zahra.
Kabar burung itu mengenai Rendy,
kekasihnya. Tetapi kali ini dengan berita yang sangat tidak membahagiakan
baginya. Zahra membuka ponselnya kembali. Dia menatap sebuah foto yang dikirim
oleh salah seorang temannya kemudian mengamatinya dengan seksama.
Zahra sampai tidak menyadari jika
perkuliahan siang itu sudah berakhir. Dia menyenderkan wajahnya pada kursi
kemudian mengusap usap wajahnya secara kasar. Hanya menatap kosong kearah
teman-temannya yang sedang berebut untuk segera keluar dari kelas yang menurut
mereka seperti berada disekeliling api yang membuat mereka merasa panas.
“Kamu sudah dengar berita mengenai
kekasihmu Ra ? Apa kamu baik-baik saja ? Aku tahu, ini pasti sulit buat kamu.
Tetapi kamu harus percaya pada Rendy apapun yang terjadi Ra.” Ucap Syafa, salah
satu sahabat terbaik Zahra.
“Bagaimana aku tidak percaya dengan
berita itu ? Dia tidak menghubungiku sudah dua hari ini Fa. Dan tiba-tiba, dia
memasang fotonya bersama dengan perempuan lain di media sosial. Jadi apa
artinya ini ? Aku tidak bisa memasang wajah seakan-akan tidak terjadi apapun
pada hubungan kami.”
“Kepercayaan kan yang membuat kamu
melepas Rendy untuk melanjutkan pendidikannya sesuai keinginan dia ? Kamu harus
berpegang terus dengan hal itu Ra. Siapa tahu saja, Rendy memang tidak sengaja
memasang fotonya bersama dengan perempuan lain.”
Rendy memang tinggal satu kota
dengannya. Dulu mereka berada pada satu SMA. Tetapi di akhir dunia sekolah mereka
memakai putih abu-abu usai mendapatkan ijazah kelulusan, Rendy mengatakan bahwa
dia ingin melanjutkan pendidikannya di Kota Semarang. Alasanya karena laki-laki
itu hanya ingin mandiri. Dengan jauh dari orang tua, maka Rendy akan belajar
untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang terdekatnya.
“Bahkan dia tidak mengirim pesan
singkat untukku sekedar untuk menjelaskan apa maksud dari foto yang dia
pasang.”
Syafa hanya menatap sahabatnya itu
dengan simpati. Dia menepuk pundak Zahra pelan kemudian menarik tangan
sahabatnya untuk berdiri mengikuti dirinya berjalan keluar dari area kampus.
“Kita mau kemana ?” Tanya Zahra yang
merasa bingung.
“Melepas kegalauan hatimu. Kita akan
bersenang-senang di cuaca yang sangat terik ini. Aku yakin, setelah ini kamu
pasti akan melupakan hal-hal yang membuat hatimu resah. Percayalah padaku Ra.
Ayo.”
*****
Di sebuah perpustakaan pusat yang
berada di Universitas Negeri Semarang, ada seorang laki-laki yang masih sibuk
dengan tumpukkan buku yang ia taruh di atas meja. Laki-laki itu adalah Rendy.
Kacamata berbingkainya masih menempel pada kedua matanya. Sekilas dia menatap
jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Rendy berhenti membaca
kemudian menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi.
“Hari ini benar-benar melelahkan.”
“Ren, kamu tidak pulang ? Sudah mau
tutup perpustakaannya. Lebih baik kamu melanjutkannya di rumah.” Ucap salah
seorang temannya –Raka- yang juga bersedia menemaninya untuk berkunjung ke
perpustakaan tersebut.
Rendy hanya menganggukkan kepalanya
kemudian membereskan bukunya dan memilah buku mana yang akan ia pinjam dan
mengembalikan buku yang sekiranya sudah ia baca ke dalam rak buku sebelumnya.
“Bagaimana kabar Zahra ? Aku dengar
kalian sudah tidak berkomunikasi selama beberapa hari ini.”
Rendy menundukkan wajahnya seraya
tetap berjalan untuk menuju ke penginapannya. Entah mengapa, akhir-akhir ini ia
hanya ingin fokus pada kuliah. Karena pada semester depan, dia sudah harus
mengumpulkan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswa. Jujur saja, Rendy juga sangat
merindukan kekasihnya itu. Baru kali ini Rendy melepas komunikasinya bersama
Zahra. Selama hubungan mereka berjalan 4 tahun ini, baru kali ini Rendy
memutuskannya, dan karena hal ini pula dia merasa ada yang salah dalam
hidupnya.
“Entahlah, aku tidak tahu Ka.”
“Ada masalah ? Tidak biasanya.” Ucap
Raka kembali seraya menyampirkan tangan kananya pada pundak Rendy.
Rendy hanya mengangkat bahunya acuh
kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Raka yang justru terdiam di
tempatnya. Raka menggeleng gelengkan kepalanya kemudian berlari menyusul
temannya yang sudah jauh beberapa langkah di depan laki-laki itu.
*****
Zahra memeluk kedua lutunya seraya
memandang pemandangan pantai di sore hari yang sangat menyejukkan hatinya. Dia
membiarkan rambutnya berterbangan ditiup angin tanpa berniat untuk
membenarkannya. Perempuan cantik ini menutup kedua matanya kemudian mencoba
untuk membuat angin menyapa wajah cantiknya dengan mengangkat kepalanya keatas.
Beberapa menit kemudian Zahra
membuka matanya kemudian menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya yang masih
ia peluk. Teringat dengan pesan kekasihnya tadi malam, bahwa dia akan pulang
kembali ke kampung halaman hari ini membuat Zahra tak ada henti-hentinya untuk
tersenyum lebar. Artinya, dia akan bertemu dengan kekasihnya itu hari ini.
Membuatnya senang.
“Apa tidak bosan sedari tadi hanya
dengan posisi seperti itu ?”
Zahra mengangkat kepalanya kemudian
memutar bola matanya untuk mencari sumber suara. Dia terdiam menatap seseorang
yang berdiri tidak jauh dari dirinya sekarang. Zahra cepat-cepat berdiri
kemudian mendekat hingga berhadapan dengan laki-laki yang amat sangat ia
rindukan selama ini.
“Rendy.”
“Hai Ra, apa kabar ?” Tanya Rendy
seraya terkekeh pelan kemudian berjalan mendekat sampai benar-benar berhadapan
dengan kekasihnya itu.
Zahra masih mempertahankan posisi
berdirinya di tempat semula seraya memasang wajah tidak bersahabat menatap
laki-laki yang notabene adalah kekasihnya itu.
“Marah ?” Goda Rendy membuat Zahra
memukul lengan laki-laki itu cukup keras membuat Rendy mengadu kesakitan.
“Itu balasanya karena kamu sudah
membuat aku marah.”
“Aku sengaja melakukan itu.”
“Melakukan apa ?”
Rendy menatap wajah kekasihnya itu
kemudian tersenyum. “Aku tahu kamu marah padaku karena banyak hal yang tidak kamu
suka dengan kelakuanku akhir akhir ini.”
“Lalu ?”
“Maaf. Aku benar-benar minta maaf.
Aku sudah mengatakannya kan, jika aku sengaja melakukan itu Ra. Aku punya
alasan mengapa aku melakukan hal itu.”
“Coba jelaskan alasannya padaku.”
Zahra melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap datar pada wajah
kekasihnya itu. Rendy hanya meringis melihatnya. Sepertinya dia sudah melakukan
kesalahan fatal sampai membuat kekasihnya bersikap seperti itu padanya.
“Ra. Kita tahu kalau kita sudah
beranjak dewasa. Sekarang ini, kita sudah memasuki semester 6 Ra. Yang artinya
adalah beberapa bulan lagi, kita akan disibukkan dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tugas akhir kita sebagai seorang mahasiswa. Aku hanya
melatih diri kamu dan diri aku sendiri. Apakah sanggup atau tidak jika kita
tidak melakukan komunikasi selama berhari-hari.”
“Untuk alasan itu, aku terima. Lalu,
alasan apa yang akan kamu berikan padaku mengenai perempuan yang kamu pasang di
media sosial itu ? Apa karena kita sudah semeter 6 juga ? Yang artinya kamu
bisa berselingkuh semaumu disana ?”
“Zahra Damara Rifa. Dari awal kamu
sendiri yang memberikan kepercayaan padaku untuk melanjutkan pendidikanku disana.
Tetapi kamu sendiri kan yang tidak menepati janji.”
“Maksudmu ?”
Rendy menghembuskan nafasnya secara
perlahan kemudian melanjutkan perkataan yang sudah ia susun rapi karena ia tahu
akan terjadi hal seperti ini.
“Aku hanya mengukur seberapa besar
tingkat kepercayaan kamu untukku Ra. Maka dari itu aku sengaja melakukan hal
tersebut. Tetapi nyatanya kamu tidak bisa menetapi janji yang sudah kamu buat
sendiri. Kamu mengingkarinya Ra.”
Zahra menundukkan wajahnya. Dia tahu
hal itu. Tetapi menurutnya Rendy sangat kejam jika membiarkan hal itu terjadi
terus menerus. Tanpa komunikasi dan mengukur seberapa besar tingkat kepercayaan
dirinya dengan memasang foto perempuan lain. Seharusnya Rendy tidak setega itu
untuk membuat Zahra tidak berkonsentrasi dengan apapun bahkan dengan kuliahnya
sendiri.
“Aku minta maaf karena sudah membuat
kamu kecewa. Tetapi kamu tahu kan, akibat dari LDR itu seperti apa. Inilah
permasalahannya Ra. Jadi aku mohon kepadamu untuk tetap jaga kepercayaan kamu
buat aku.”
Zahra menganggukkan kepalanya dengan
pelan. Rendy melangkah mendekat kemudian meraih perempuan cantik itu kedalam
pelukannya. Zahra juga membalas pelukannya. Mereka berpelukan dikelilingi oleh
pembiasan cahaya dari sunset sore
itu.
Zahra memejamkan matanya seraya
membuat harapan-harapan kecilnya untuk hubungan jarak jauhnya dengan Rendy bisa
mereka atasi bersama hingga akhir. Karena yang ia yakini adalah satu, bahwa suatu
hubungan apapun asal ada cinta yang diselimuti kasih sayang di dalamnya maka
hubungan itu akan berjalan sesuai harapan.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar