Salam Konservasi

Salam Konservasi

Selasa, 01 Desember 2015

CERPEN : Long Distance Relationship



Long Distance Relationship
By :  Erma Noviyanti (3201414005)

Kepercayaan merupakan kunci dari kesetiaan cinta.
Hanya membutuhkan hal itu, maka hubungan apapun akan berlangsung dengan baik.
Permasalahan pasti ada.
Karena itu sebagai pengukur, seberapa besar kekuatan cinta akan bertahan.
*****
            Zahra memainkan ponselnya dengan tidak sabar. Perempuan cantik ini sedari tadi hanya berbaring diatas kasurnya seraya memainkan benda pintar itu. Sudah dua jam dia melakukan aktivitas itu sejak usai melaksanakan sholat isya’nya. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam tetapi Zahra belum ada tanda-tanda untuk bergelut di dalam selimut hangatnya.
            Zahra Damara Rifa. Seorang perempuan yang masih berada di bangku perkuliahan ini sedang menjalani masa semester enamnya. Di Universitas Negeri Yogyakarta, Zahra melanjutkan pendidikannya terlepas dari masa SMA perempuan itu.
            “Sudah dua hari Rendy. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa kamu akan menghubungi aku.” Ucapnya kesal seraya melemparkan handphone kesayangannya itu keatas kasur.
            “Aku butuh kamu. Bukan kalimat-kalimat yang kamu tulis melalui pesan singkat.”
            Zahra menyembunyikan wajahnya pada bantal kesayangannya –yang merupakan pemberian dari Rendy- seraya mengeluarkan kalimat yang ingin sekali ia ucapkan secara langsung kepada laki-laki yang selalu berada di pikirannya itu.
            Rendy Stevano. Laki-laki ini adalah kekasih Zahra. Sudah 4 tahun berjalan mereka menjalani masa-masa berpacaran. Dan hampir 1 tahun mereka melakukan hubungan jarak jauh atau yang biasa dikenal dengan Long Distance Relationship di kalangan anak muda jaman sekarang.
            Zahra memutuskan untuk mengakhirinya malam ini. Dia sangat yakin, bahwa Rendy tidak akan menghubunginya kembali malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Perempuan cantik ini menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya kemudian mencoba untuk memejamkan matanya.
“Berharap esok lebih baik dari hari ini.”
*****
            Zahra tidak bisa berkonsentrasi pada mata perkuliahanya siang ini. Dia teringat pada kabar burung yang tersebar di kalangan teman-teman satu angkatanya, membuatnya tidak bisa menerima penjelasan apapun dari dosen yang sedang mengajar di kelas Zahra.
            Kabar burung itu mengenai Rendy, kekasihnya. Tetapi kali ini dengan berita yang sangat tidak membahagiakan baginya. Zahra membuka ponselnya kembali. Dia menatap sebuah foto yang dikirim oleh salah seorang temannya kemudian mengamatinya dengan seksama.
            Zahra sampai tidak menyadari jika perkuliahan siang itu sudah berakhir. Dia menyenderkan wajahnya pada kursi kemudian mengusap usap wajahnya secara kasar. Hanya menatap kosong kearah teman-temannya yang sedang berebut untuk segera keluar dari kelas yang menurut mereka seperti berada disekeliling api yang membuat mereka merasa panas.
            “Kamu sudah dengar berita mengenai kekasihmu Ra ? Apa kamu baik-baik saja ? Aku tahu, ini pasti sulit buat kamu. Tetapi kamu harus percaya pada Rendy apapun yang terjadi Ra.” Ucap Syafa, salah satu sahabat terbaik Zahra.
            “Bagaimana aku tidak percaya dengan berita itu ? Dia tidak menghubungiku sudah dua hari ini Fa. Dan tiba-tiba, dia memasang fotonya bersama dengan perempuan lain di media sosial. Jadi apa artinya ini ? Aku tidak bisa memasang wajah seakan-akan tidak terjadi apapun pada hubungan kami.”
            “Kepercayaan kan yang membuat kamu melepas Rendy untuk melanjutkan pendidikannya sesuai keinginan dia ? Kamu harus berpegang terus dengan hal itu Ra. Siapa tahu saja, Rendy memang tidak sengaja memasang fotonya bersama dengan perempuan lain.”
            Rendy memang tinggal satu kota dengannya. Dulu mereka berada pada satu SMA. Tetapi di akhir dunia sekolah mereka memakai putih abu-abu usai mendapatkan ijazah kelulusan, Rendy mengatakan bahwa dia ingin melanjutkan pendidikannya di Kota Semarang. Alasanya karena laki-laki itu hanya ingin mandiri. Dengan jauh dari orang tua, maka Rendy akan belajar untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang terdekatnya.
            “Bahkan dia tidak mengirim pesan singkat untukku sekedar untuk menjelaskan apa maksud dari foto yang dia pasang.”
            Syafa hanya menatap sahabatnya itu dengan simpati. Dia menepuk pundak Zahra pelan kemudian menarik tangan sahabatnya untuk berdiri mengikuti dirinya berjalan keluar dari area kampus.
            “Kita mau kemana ?” Tanya Zahra yang merasa bingung.
            “Melepas kegalauan hatimu. Kita akan bersenang-senang di cuaca yang sangat terik ini. Aku yakin, setelah ini kamu pasti akan melupakan hal-hal yang membuat hatimu resah. Percayalah padaku Ra. Ayo.”
*****
            Di sebuah perpustakaan pusat yang berada di Universitas Negeri Semarang, ada seorang laki-laki yang masih sibuk dengan tumpukkan buku yang ia taruh di atas meja. Laki-laki itu adalah Rendy. Kacamata berbingkainya masih menempel pada kedua matanya. Sekilas dia menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Rendy berhenti membaca kemudian menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi.
            “Hari ini benar-benar melelahkan.”
            “Ren, kamu tidak pulang ? Sudah mau tutup perpustakaannya. Lebih baik kamu melanjutkannya di rumah.” Ucap salah seorang temannya –Raka- yang juga bersedia menemaninya untuk berkunjung ke perpustakaan tersebut.
            Rendy hanya menganggukkan kepalanya kemudian membereskan bukunya dan memilah buku mana yang akan ia pinjam dan mengembalikan buku yang sekiranya sudah ia baca ke dalam rak buku sebelumnya.
            “Bagaimana kabar Zahra ? Aku dengar kalian sudah tidak berkomunikasi selama beberapa hari ini.”
            Rendy menundukkan wajahnya seraya tetap berjalan untuk menuju ke penginapannya. Entah mengapa, akhir-akhir ini ia hanya ingin fokus pada kuliah. Karena pada semester depan, dia sudah harus mengumpulkan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswa. Jujur saja, Rendy juga sangat merindukan kekasihnya itu. Baru kali ini Rendy melepas komunikasinya bersama Zahra. Selama hubungan mereka berjalan 4 tahun ini, baru kali ini Rendy memutuskannya, dan karena hal ini pula dia merasa ada yang salah dalam hidupnya.
            “Entahlah, aku tidak tahu Ka.”
            “Ada masalah ? Tidak biasanya.” Ucap Raka kembali seraya menyampirkan tangan kananya pada pundak Rendy.
            Rendy hanya mengangkat bahunya acuh kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Raka yang justru terdiam di tempatnya. Raka menggeleng gelengkan kepalanya kemudian berlari menyusul temannya yang sudah jauh beberapa langkah di depan laki-laki itu.
*****
            Zahra memeluk kedua lutunya seraya memandang pemandangan pantai di sore hari yang sangat menyejukkan hatinya. Dia membiarkan rambutnya berterbangan ditiup angin tanpa berniat untuk membenarkannya. Perempuan cantik ini menutup kedua matanya kemudian mencoba untuk membuat angin menyapa wajah cantiknya dengan mengangkat kepalanya keatas.
            Beberapa menit kemudian Zahra membuka matanya kemudian menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya yang masih ia peluk. Teringat dengan pesan kekasihnya tadi malam, bahwa dia akan pulang kembali ke kampung halaman hari ini membuat Zahra tak ada henti-hentinya untuk tersenyum lebar. Artinya, dia akan bertemu dengan kekasihnya itu hari ini. Membuatnya senang.
            “Apa tidak bosan sedari tadi hanya dengan posisi seperti itu ?”
            Zahra mengangkat kepalanya kemudian memutar bola matanya untuk mencari sumber suara. Dia terdiam menatap seseorang yang berdiri tidak jauh dari dirinya sekarang. Zahra cepat-cepat berdiri kemudian mendekat hingga berhadapan dengan laki-laki yang amat sangat ia rindukan selama ini.
            “Rendy.”
            “Hai Ra, apa kabar ?” Tanya Rendy seraya terkekeh pelan kemudian berjalan mendekat sampai benar-benar berhadapan dengan kekasihnya itu.
            Zahra masih mempertahankan posisi berdirinya di tempat semula seraya memasang wajah tidak bersahabat menatap laki-laki yang notabene adalah kekasihnya itu.
            “Marah ?” Goda Rendy membuat Zahra memukul lengan laki-laki itu cukup keras membuat Rendy mengadu kesakitan.
            “Itu balasanya karena kamu sudah membuat aku marah.”
            “Aku sengaja melakukan itu.”
            “Melakukan apa ?”
            Rendy menatap wajah kekasihnya itu kemudian tersenyum. “Aku tahu kamu marah padaku karena banyak hal yang tidak kamu suka dengan kelakuanku akhir akhir ini.”
            “Lalu ?”
            “Maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah mengatakannya kan, jika aku sengaja melakukan itu Ra. Aku punya alasan mengapa aku melakukan hal itu.”
            “Coba jelaskan alasannya padaku.” Zahra melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap datar pada wajah kekasihnya itu. Rendy hanya meringis melihatnya. Sepertinya dia sudah melakukan kesalahan fatal sampai membuat kekasihnya bersikap seperti itu padanya.
            “Ra. Kita tahu kalau kita sudah beranjak dewasa. Sekarang ini, kita sudah memasuki semester 6 Ra. Yang artinya adalah beberapa bulan lagi, kita akan disibukkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas akhir kita sebagai seorang mahasiswa. Aku hanya melatih diri kamu dan diri aku sendiri. Apakah sanggup atau tidak jika kita tidak melakukan komunikasi selama berhari-hari.”
            “Untuk alasan itu, aku terima. Lalu, alasan apa yang akan kamu berikan padaku mengenai perempuan yang kamu pasang di media sosial itu ? Apa karena kita sudah semeter 6 juga ? Yang artinya kamu bisa berselingkuh semaumu disana ?”
            “Zahra Damara Rifa. Dari awal kamu sendiri yang memberikan kepercayaan padaku untuk melanjutkan pendidikanku disana. Tetapi kamu sendiri kan yang tidak menepati janji.”
            “Maksudmu ?”
            Rendy menghembuskan nafasnya secara perlahan kemudian melanjutkan perkataan yang sudah ia susun rapi karena ia tahu akan terjadi hal seperti ini.
            “Aku hanya mengukur seberapa besar tingkat kepercayaan kamu untukku Ra. Maka dari itu aku sengaja melakukan hal tersebut. Tetapi nyatanya kamu tidak bisa menetapi janji yang sudah kamu buat sendiri. Kamu mengingkarinya Ra.”
            Zahra menundukkan wajahnya. Dia tahu hal itu. Tetapi menurutnya Rendy sangat kejam jika membiarkan hal itu terjadi terus menerus. Tanpa komunikasi dan mengukur seberapa besar tingkat kepercayaan dirinya dengan memasang foto perempuan lain. Seharusnya Rendy tidak setega itu untuk membuat Zahra tidak berkonsentrasi dengan apapun bahkan dengan kuliahnya sendiri.
            “Aku minta maaf karena sudah membuat kamu kecewa. Tetapi kamu tahu kan, akibat dari LDR itu seperti apa. Inilah permasalahannya Ra. Jadi aku mohon kepadamu untuk tetap jaga kepercayaan kamu buat aku.”
            Zahra menganggukkan kepalanya dengan pelan. Rendy melangkah mendekat kemudian meraih perempuan cantik itu kedalam pelukannya. Zahra juga membalas pelukannya. Mereka berpelukan dikelilingi oleh pembiasan cahaya dari sunset sore itu.
            Zahra memejamkan matanya seraya membuat harapan-harapan kecilnya untuk hubungan jarak jauhnya dengan Rendy bisa mereka atasi bersama hingga akhir. Karena yang ia yakini adalah satu, bahwa suatu hubungan apapun asal ada cinta yang diselimuti kasih sayang di dalamnya maka hubungan itu akan berjalan sesuai harapan.
*****

                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar