Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Tahun Terbit : Juni 2010
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hal : 264 halaman
Kategori : Fiksi, Novel
Harga : Rp. 43.000,-
“ Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang
indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus
memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian,
dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan
menyakitkan ”
Buat
yang udah pernah baca, pasti tahu kutipan tersebut di page 196 dalam novel Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karangan Tere Liye, seorang dosen dari
Universitas Indonesia. Novel tersebut pertama diterbitkan pada bulan Juni 2010
oleh Gramedia Pustaka. Ternyata guys judul novel tersebut terinspirasi dari
kalimat “ The falling leaf doesn’t hate the wind” yang dipopulerkan dalam film
Jepang Zatoichi,
Novel
ini menceritakan tentang perjuangan hidup dan kisah cinta seorang wanita
bernama Tania yang berlatar belakang dari keluarga tidak mampu. Semenjak
ayahnya meninggal keluarga Tania terpaksa tinggal di “Rumah Kardus”. Tania dan
Adiknya juga terpaksa putus sekolah. Ibunya yang sakit-sakitan hanya bekerja
sebagai pencuci baju, oleh karena itu Tania dan adiknya terpaksa mengamen untuk
membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari yang belum tercukupi.
“Dia bagai malaikat bagi
keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang
miskin dan nestapa. Memberikan makan tempat berteduh, sekolah, dan janji masa
depan yang lebih baik.”
Berawal
dari kecelakaan yang dialami oleh Tania dan adiknya pada saat mengamen ternyata
takdir mempertemukan mereka dengan seorang “malaikat” bernama Danar, seorang
pekerja kantoran yang berusia 20 tahunan. Singkat cerita Danar membatu Tania
melanjutkan sekolah SMPnya, menyekolahkan Adik Tania dan juga membantu
pengobantan Ibu Tania. Namun takdir gak selamanya bahagia, pada akhirnya Ibu
Tania meninggal.
Tanpa
kesedihan kita gak akan tahu arti kebahagian yang sebenarnya guys. Dan yang
perlu kita garis bawahi, hidup di dunia gak selamanya bahagia dan gak selamanya
juga berduka. Tuhan memberi kita masalah, cobaan, dan derita karena Tuhan ingin
kita menjadi orang kuat,dewasa, dan bijak. Dia yang Maha Esa tidak pernah
memberi cobaan melampaui batas kemampuan hamba-Nya. So, jangan pernah lari dari
masalah, Keep Calm and be patient guys, belajar dari masalah adalah pilihan
tepat untuk dapat menjadikan kita a better person. For all, itu yang gua dapat
dari karakter tokoh Tania yang tegar dalam menjalani hidupnya. Finally, Tania
si anak jalanan tumbuh jadi wanita cantik, dewasa, cerdas, lulus bachelor
degree jurusan Commerce NUS (National University of Singapore) hanya dalam
waktu dua setengah tahun dengan GPA sempurna bahkan bekerja di perusahan
ternama di luar negeri. Allhamdulliah semua berjalan lancar tapi tidak dengan
perasaan cinta Tania.
“ Usiaku menjelang sebelas
tahun. Adikku enam tahun. Dan dia dua puluh lima tahun. Aku cemburu. –Tania (page
40)
Aku masih terlalu kecil untuk
mengerti perasaanku sendiri. –Tania (page 43)
Sekarang, ketika aku tahu dia
boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu
diri, biarlah… Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak
pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.”
Setelah
dewasa Tania menyadari bahwa perasaan Tania yang sejak kecil sudah mengagumi
Danar, ternyata berbuah pada rasa cinta. Weird, Insecure, confused ?? ofcourse
! Tania bingung menempatkan perasaanya tersebut kepada Danar yang pada saat itu
juga tengah menjalin hubungan dengan Ratna. Tania lebih memilih untuk memendam
perasaanya dan menjaga jarak dengan Danar, terlebih lagi menjelang hari
pernikahan Danar dengan Ratna. Dia bahkan memilih tidak menghadiri acara resepsi
pernikahan Danar dan Ratna, hal tersebut justru menambah jarak diantara mereka
berdua semakin menjauh. Dan ternyata hubungan rumah tangga Danar gak seharmonis
yang diharapkan orang-orang guys. You know why ?? baca novelnya aja deh :D ,
yang gua sayangin gak ada ending yang menceritakan keberlanjutan kisah cinta
Tania. Gua berharap sih dia bisa buka hati dengan orang yang udah “nembak” dia
pas lagi turun hujan :D (LoL kocak tuh cowok). Meski masih kocakan Adiknya
Tania yang Alayy.
Novel
ini menurut gua klise, konflik yang ada gregetnya gak sebanding dengan
quotesnya. But, Tere liye emang mumpuni dalam menulis cerita dan pinter membuat
pembacanya penasaran meski itu adalah cerita yang simple sekalipun. And then,
meski sebagian cerita novel ini menurut gua monoton cz terlalu banyak pula
penggambaran latar tapi, Tere liye sanggup memberikan nuansa kekiniian dalam
ceritanya yang bikin ceritanya tuh hidup dan buat readersnya curious about
ending the story. Intinya pembaca serasa berada di dunia ceritanya gitu deh.
Bahasa yang dipakai juga ringan dan mudah dimenegerti.
Hmm
meski ceritanya klise tapi endingnya daebak ! bikin suara berkata “ Hah
massa..? wow ternyaata ?? “ karakter Danar yang terlihat Perfect ternyata haha
ada yang bilang dia “Tukang Fake”. Gua sempet ilfell sama Danar yang karakter
awalnya dewasa ternyata untuk hal yang berhubungan dengan perasaan dia hanya
bisa bersikap Losers. Ending yang diberikan gak menggambarkan sosok Danar yang
sebenarnya. Hmmm efeknya itu bikin kesel juga ssih menurut gua :D memang di
dunia ini gak ada manusia yang sempurna. Pasti tiap manusia punya dark sidenya
masing-masing.
Alur
cerita yang di pakai maju mundur, cz novel ini ternyata bercerita flashback
mengenai kehidupan Tania semenjak bertemu Danar. Jujur guys yang buat gua interested
dengan novel ini that is quotes.
“Ketahuilah… daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan
semuanya.” –Danar (page 63)
Jangan pernah menyalahkan keadaan !!
yupps sekali lagi dari novel ini gua belajar jangan pernah menyalahkaan
keadaan. Saat kita menginginkan sesuatu yang bahkan jika dilihat dan diusahakan
tidak mungkin untuk bisa meraihnya, dengan pahit pasti kita mencoba merelakan
dan mengikhlaskan. Tapi bagaimana rasanya disaat kita telah bisa merelakan dan
mengikhlaskan, disaat itu pula kita tahu kalau ternyata kita bisa dan layak
untuk mendapatkan yang kita inginkan. Menurut gua hal tersebut lebih pahit dari
sekedar yang namanya pahit. Unlucky..,?? Right. Well Menyesal ?? ahh menurut
gua kurang tepat. Guys, Takdir adalah kunci dari jawaban ini .
Sekeras apa pun kita mencoba meraih jika bukan
ditakdirkan untuk kita pasti akan sia-sia dan sekeras apapun kita menolak, jika
memang hal itu ditakdirkan untuk kita pasti akan tetap dipertemukan. So,
berhentilah menyalahkan keadaan karna itu gak ada artinya dan percuma. Seperti
halnya daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dan belajarlah untuk menerima
keadaan meskipun lewat hal yang menyakitkan. Believe Guys !! Tuhan selalu
mempunyai rencana yang lebih indah dan jalan yang lebih baik bagi hambNya yang
sabar dan taqwa.
By :
Inka Wahyu Safitri
NIM: 3201414037
Tidak ada komentar:
Posting Komentar