Salam Konservasi

Salam Konservasi

Selasa, 24 November 2015

Review Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin-Tere Liye






    Judul : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
    Pengarang : Tere Liye
    Tahun Terbit : Juni 2010
    Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
    Jumlah Hal : 264 halaman
    Kategori : Fiksi, Novel
    Harga : Rp. 43.000,-

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan ”
      Buat yang udah pernah baca, pasti tahu kutipan tersebut di page 196 dalam novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karangan Tere Liye, seorang dosen dari Universitas Indonesia. Novel tersebut pertama diterbitkan pada bulan Juni 2010 oleh Gramedia Pustaka. Ternyata guys judul novel tersebut terinspirasi dari kalimat “ The falling leaf doesn’t hate the wind” yang dipopulerkan dalam film Jepang Zatoichi,
      Novel ini menceritakan tentang perjuangan hidup dan kisah cinta seorang wanita bernama Tania yang berlatar belakang dari keluarga tidak mampu. Semenjak ayahnya meninggal keluarga Tania terpaksa tinggal di “Rumah Kardus”. Tania dan Adiknya juga terpaksa putus sekolah. Ibunya yang sakit-sakitan hanya bekerja sebagai pencuci baju, oleh karena itu Tania dan adiknya terpaksa mengamen untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari yang belum tercukupi.
“Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.”
      Berawal dari kecelakaan yang dialami oleh Tania dan adiknya pada saat mengamen ternyata takdir mempertemukan mereka dengan seorang “malaikat” bernama Danar, seorang pekerja kantoran yang berusia 20 tahunan. Singkat cerita Danar membatu Tania melanjutkan sekolah SMPnya, menyekolahkan Adik Tania dan juga membantu pengobantan Ibu Tania. Namun takdir gak selamanya bahagia, pada akhirnya Ibu Tania meninggal.
      Tanpa kesedihan kita gak akan tahu arti kebahagian yang sebenarnya guys. Dan yang perlu kita garis bawahi, hidup di dunia gak selamanya bahagia dan gak selamanya juga berduka. Tuhan memberi kita masalah, cobaan, dan derita karena Tuhan ingin kita menjadi orang kuat,dewasa, dan bijak. Dia yang Maha Esa tidak pernah memberi cobaan melampaui batas kemampuan hamba-Nya. So, jangan pernah lari dari masalah, Keep Calm and be patient guys, belajar dari masalah adalah pilihan tepat untuk dapat menjadikan kita a better person. For all, itu yang gua dapat dari karakter tokoh Tania yang tegar dalam menjalani hidupnya. Finally, Tania si anak jalanan tumbuh jadi wanita cantik, dewasa, cerdas, lulus bachelor degree jurusan Commerce NUS (National University of Singapore) hanya dalam waktu dua setengah tahun dengan GPA sempurna bahkan bekerja di perusahan ternama di luar negeri. Allhamdulliah semua berjalan lancar tapi tidak dengan perasaan cinta Tania.
“ Usiaku menjelang sebelas tahun. Adikku enam tahun. Dan dia dua puluh lima tahun. Aku cemburu. –Tania (page 40)
Aku masih terlalu kecil untuk mengerti perasaanku sendiri. –Tania (page 43)
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.”
      Setelah dewasa Tania menyadari bahwa perasaan Tania yang sejak kecil sudah mengagumi Danar, ternyata berbuah pada rasa cinta. Weird, Insecure, confused ?? ofcourse ! Tania bingung menempatkan perasaanya tersebut kepada Danar yang pada saat itu juga tengah menjalin hubungan dengan Ratna. Tania lebih memilih untuk memendam perasaanya dan menjaga jarak dengan Danar, terlebih lagi menjelang hari pernikahan Danar dengan Ratna. Dia bahkan memilih tidak menghadiri acara resepsi pernikahan Danar dan Ratna, hal tersebut justru menambah jarak diantara mereka berdua semakin menjauh. Dan ternyata hubungan rumah tangga Danar gak seharmonis yang diharapkan orang-orang guys. You know why ?? baca novelnya aja deh :D , yang gua sayangin gak ada ending yang menceritakan keberlanjutan kisah cinta Tania. Gua berharap sih dia bisa buka hati dengan orang yang udah “nembak” dia pas lagi turun hujan :D (LoL kocak tuh cowok). Meski masih kocakan Adiknya Tania yang Alayy.
      Novel ini menurut gua klise, konflik yang ada gregetnya gak sebanding dengan quotesnya. But, Tere liye emang mumpuni dalam menulis cerita dan pinter membuat pembacanya penasaran meski itu adalah cerita yang simple sekalipun. And then, meski sebagian cerita novel ini menurut gua monoton cz terlalu banyak pula penggambaran latar tapi, Tere liye sanggup memberikan nuansa kekiniian dalam ceritanya yang bikin ceritanya tuh hidup dan buat readersnya curious about ending the story. Intinya pembaca serasa berada di dunia ceritanya gitu deh. Bahasa yang dipakai juga ringan dan mudah dimenegerti.
      Hmm meski ceritanya klise tapi endingnya daebak ! bikin suara berkata “ Hah massa..? wow ternyaata ?? “ karakter Danar yang terlihat Perfect ternyata haha ada yang bilang dia “Tukang Fake”. Gua sempet ilfell sama Danar yang karakter awalnya dewasa ternyata untuk hal yang berhubungan dengan perasaan dia hanya bisa bersikap Losers. Ending yang diberikan gak menggambarkan sosok Danar yang sebenarnya. Hmmm efeknya itu bikin kesel juga ssih menurut gua :D memang di dunia ini gak ada manusia yang sempurna. Pasti tiap manusia punya dark sidenya masing-masing.
      Alur cerita yang di pakai maju mundur, cz novel ini ternyata bercerita flashback mengenai kehidupan Tania semenjak bertemu Danar. Jujur guys yang buat gua interested dengan novel ini that is quotes.
     “Ketahuilah… daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”  –Danar (page 63)
      Jangan pernah menyalahkan keadaan !! yupps sekali lagi dari novel ini gua belajar jangan pernah menyalahkaan keadaan. Saat kita menginginkan sesuatu yang bahkan jika dilihat dan diusahakan tidak mungkin untuk bisa meraihnya, dengan pahit pasti kita mencoba merelakan dan mengikhlaskan. Tapi bagaimana rasanya disaat kita telah bisa merelakan dan mengikhlaskan, disaat itu pula kita tahu kalau ternyata kita bisa dan layak untuk mendapatkan yang kita inginkan. Menurut gua hal tersebut lebih pahit dari sekedar yang namanya pahit. Unlucky..,?? Right. Well Menyesal ?? ahh menurut gua kurang tepat. Guys, Takdir adalah kunci dari jawaban ini .

       Sekeras apa pun kita mencoba meraih jika bukan ditakdirkan untuk kita pasti akan sia-sia dan sekeras apapun kita menolak, jika memang hal itu ditakdirkan untuk kita pasti akan tetap dipertemukan. So, berhentilah menyalahkan keadaan karna itu gak ada artinya dan percuma. Seperti halnya daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dan belajarlah untuk menerima keadaan meskipun lewat hal yang menyakitkan. Believe Guys !! Tuhan selalu mempunyai rencana yang lebih indah dan jalan yang lebih baik bagi hambNya yang sabar dan taqwa. 



By :
Inka Wahyu Safitri
NIM: 3201414037







Tidak ada komentar:

Posting Komentar